SUDAH BERMAKNAKAH HIDUP KITA?
Pernahkah Anda merasa kesepian dalam hidup ini? Anda merasa sepi meski ditengah kerumunan atau saat bersama orang-orang terdekat Anda. Hidup ini begitu terasa mencekam dan penuh dengan ancaman. Berita di TV turut menyuburkan perasaan sepi itu dengan informasi yang terkadang terasa mubazir dan berlebih-lebihan. Perasaan sepi yang saya maksud tentu saja bisa disebabkan karena kegagalan dalam hidup atau perasaan hampa yang entah dari pintu mana ia masuk dan singgah di hati kita. Bahkan perasaan ini sering bermuara pada perasaan bosan dan putus asa. Normalkah kita jika pernah mengalami semua perasaan itu?
Viktor Frankl menamakan apa yang kita rasakan di atas sebagai existential vacuum atau kehampaan eksistensial. Masih menurut Frankl, seseorang yang mengalami perasaan ini tidak bisa dikatakan sebagai orang yang benar-banar sakit, tapi lebih tepat jika dia bersiap untuk sakit. Mengapa begitu? Karena hidupnya akan hampa tanpa passion, padahal inilah yang kita butuhkan untuk hidup secara sehat. Harus ada optimisme meski dalam kesempitan hidup yang menghimpit. Harapan selalu ada untuk mereka yang percaya. Jika kondisi ini tidak diperbaiki maka lambat laun ini akan menjadi tiket murah menuju penyakit. Kondisi ini seakan-akan seperti undangan terbuka bagi penyakit untuk datang dan menggeroti hidup seseorang.
Elizabeth Lukas, membagi orang yang mengalami kehampaan eksistensial tersebut menjadi dua kelompok, yaitu; pertama kelompok mereka yang hidup dalam kebingungan dan yang kedua mereka yang hidup dalam keputus asaan. Keduanya mengalami hal yang sama namun dengan cara yang berbeda. Kelompok pertama adalah bagi mereka yang tidak memiliki prinsip hidup dan terombang-ambing dalam krisis identitas diri. Dia tidak tahu kemana tujuan hidup ini diarahkan atau bagaimana seharusnya hidup ini dijalani. Akhirnya mereka akan menjadi follower sejati mengikuti kemanapun sungai kehidupan ini akan membawanya. Syukur-syukur tidak berakhir di septic thank atau selokan yang bau. Sedangkan kelompok kedua adalah bagi mereka yang awalnya merasa hidup ini penuh tantangan dan mengasyikan. Akan tetapi karena suatu hal atau suatu peristiwa, hidup menjadi gelap dan mencekam terperangkap dalam lubang keputus asaan yang kejam. Hal itu bisa disebabkan oleh kematian orang tercinta, penyakit kronis, perceraian, dan perasaan lain yang menghantam kesadaran kita dengan palu godam realitas.
Terus bagaimana caranya kita untuk mampu lepas dari perasaan hampa ini? Secara mudah Frankl menunjukkan sebab utama orang merasa hampa, cemas, bingung, dan putus asa adalah hidupnya tidaklah memiliki makna. Makna hidup yang menyebabkan seseorang mengetahui tujuan hidupnya dan kemana semua realitas hidup ini akanbermuara. Untuk mampu memenuhi makna hidup tentu tidak perlu datang ke dukun atau peramal yang mengaku dapat membaca masa depan seseorang. Cukup lakukan eksplorasi terhadap nilai-nilai yang kita yakini selama ini dan jadikan itu sebagai kompas bagi kehidupan Anda. Kita akan tahu apa yang harus kita lakukan dan menemukan passion dari setiap keputusan yang kita ambil dalam hidup. Hidup menjadi bergariah dan terasa indah seperti senyuman Monalisa lukisan buah karya Leonardo Davinci.
Pesan Kratochvil dalam menentukan makna hidup jangan bersifat piramidal dan mengerucut hanya pada satu nilai karena hal itu akan sangat rentan bagi kita untuk jatuh pada kondisi kehampaan eksistensial seperti yang dialami oleh kelompok ke dua. Jika suatu saat realitas hidup yang pahit datang dengan palu godamnya menghantam kesadaran kita tanpa mampu dihindari, maka runtuhlah semua bangunan eksistensi kita dan sekali lagi kita akan terlempar dalam jurang keputus asaan yang dalam. Hidup menjadi suram dan hampa dari makna. Sebaiknya kita menetapkan sistem nilai yang pararel sehingga dalam kehidupan ini kita selalu memiliki sekoci-sekoci yang akan menyelamatkan kita dari kenyataan hidup yang tidak sejalan dengan harapan dan mengkandaskan kapal besar Titanic eksistensi kita dengan gunung es berupa tragedi hidup. Harus banyak hal yang menyebabkan hidup ini sungguh bermakna dan berarti untuk kita jalani dengan gagah berani. Kasih orang tua, senyum manis anak kita, tatapan mesra pasangan kita, ketulusan perilaku kita, kejujuran kita, ibadah kita, amal kita, kebaikan hati kita dan semua hal baik yang layak menjadikan hidup ini bermakna dan layak untuk diperjuangkan adalah sumber makna hidup kita.
Saat Frankl berada di dalam kamp konsentrasi NAZI, ia terus menjaga makna hidup nya dengan cara selalu berbuat baik kepada sesama tahanan, terutama yang sakit dan membutuhkan pertolongan, ia juga selalu memaafkan kekejian yang dilakukan para sipir penjara yang tidak manusiawi, dan tentu saja foto istiri tercintanya dan selalu memvisualisasikan saat-saat pertemuan kembali mereka jika waktunya tiba ketika semua penderitaan ini berakhir seperti mimpi buruk. Hidup terlalu berharga untuk disia-siakan dengan mengomel, menggerutu, dan sikap negatif lainnya. Meskipun pada akhirnya kita tahu harapan itu tidak pernah menjadi kenyataan, karena sang istri tercinta mati di kamp konsentrasi yang berbeda. Putus asakah Frankl? Tidak, justru hidupnya kian bermakna karena dia menemukan psikoterapi terbesar ketiga aliran Wina untuk dia bagikan bagi umat manusia yang membutuhkan oase makna di gurun kehidupan yang gersang itulah Logotheraphy.
Bukunya Doctor & The Soul yang kemudian diubah menjadi Man’s Search for Meaning itu telah banyak menginspirasi orang untuk memaknai hidup secara positif. Salah satunya adalah Steven R Covey yang dengan cerdas mengkolaborasikan prinsip hidup bermakna dengan ilmu manajemen yang akhirnya berbuah buku Seven Habits of the Higest effective People yang fenomenal itu. Jadi hidup bermakna itu akan mengantarkan Anda pada kebahagiaan hidup. Tetapkan tujuan hidup Anda dan jalanilah itu dengan penuh gairah sebab kata Dewa 19 Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti, tak usah kau tangisi hari kemarin, kemenangan hari ini bukanlah kenyataan esok hari, kekalahan hari ini bukanlah kenyataan esok hari, hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti. Siapa yang berhenti berjuang maka itulah kekalahan yang sesungguhnya. Yakinlah, di dalam setiap kesulitan hidup pasti ada kemudahan.